Selasa, 16 Desember 2014

Hujan menye-menye

Ada hujan. Halilintar. Awan gelap. Ruangan sekretku muram. Tak ada orang, hanya aku seorang diri dipojok ruang. Suasana semacam ini yang selalu kucari. Tapi waktunya tak pas. Tak ada selimut. Tak ada bantal dan guling. Tak ada cahaya remang-remang lampu kamar.

Aku tak suka hujan menye-menye. Apalagi yang gerimis. Hujan kok gak niat. Aku lebih suka hujan deras. Ada halilintar. Serta awan gelap. Semuanya basah. Sama rata. Gak setengah-setengah. Lihat lubang-lubang dijalan semuanya meluap. Air dimana-mana. Haha,

Hujan macam ini biasanya gak bertahan lama. Seketika datang. Kemudian selesai. Berharga bukan? Makanya ada ritual khusus untuk menikmati. Gak sembarangan. Harus ada selimut, bantal, guling, pop mie, sama telur mata sapi. Ini yang namanya surga. Apalagi ditambah film bagus yang menemani. Wih, bad day is over!

Woi, kamu dimana? Tadi sore hujan. Aku mencarimu kemana-mana. Dibawah meja, bawah kursi, dibalik lemari. Tapi tak menemukanmu. Padahal aku sudah menyiapkan dua cup pop mie rasa baso, dua telor mata sapi, dua bantal, dua guling, dan satu selimut. Kamu, masih belum tertarikkah?

Jumat, 19 September 2014

rindu

sore kemarin saya sedang sumpek dengan segala hal. entah mengapa segala hal yang saya kerjakan salah. Gagal lebih tepatnya. Jangan menanyakan saya gagal dalam hal apa, karena saat ini saya tidak mau menceritakan hal itu. Saya ingin mengais rindu, menumpuknya menjadi satu. Saya rindu kalian, amat rindu.

Sore kemarin saya menghabiskan waktu. Jalan-jalan naik sepeda. Berkeliling mulai dari jalan kalimantan, jalan kartini, dan gajah mada. Diseberang jalan yang saya lalui saya bertemu bapak penjual es campur. Sepi, tak ada pelanggan. Oke, saya berpikir lebih baik saya minum es campur disitu saja. Setelah memesan, kami sempat mengobrol. Entah mengapa, mengobrol dengan bapak tersebut membuat saya rindu keluarga. Lebih tepatnya kalian.


Saat pulang saya mengingat banyak hal. seperti baru kemarin, saya tidur sekamar dengan mu mbak.  kamu yang selalu marah karena sekamar dengan saya. sekarang tentu saja dua dipan tempat tidur kita sudah jadi satu kamar besar. sekarang kita sudah jarang berbagi kamar berdua. sudah ada zoe dan suamimu yang menggantikan. terkadang saya sedih karena posisi saya sudah terganti. haha..


Mbak, saya rindu ocehanmu sepulang kerja. Entah mengapa hal sederhana itu dapat mengikis kegundahan saya. menyaksikan celoteh konyolmu dengan suamimu. serta, mendengarkan zoe yang sekarang mungkin lebih cerewet dan tentu saja judes. haha, senangnya berkeluarga.

Tenanglah, nasihatmu selalu saya dengarkan, meskipun terkadang saya memang bertingkah tidak peduli.

bagaiman kabarmu mal? seperti baru kemarin saja saya menggendong ikmal yang masih bayi. menggendongmu kemanapun saya pergi saat bapak dan emak tak ada dirumah. menyuapi, menemanimu mandi. sekarang, kamu sudah kelas 4 SD, sudah merasa malu jika disuapin apalagi ditemani mandi. tingkah polamu yang nakal baru terasa lucu jika saya sudah berjarak denganmu, mal.

anehnya, jika saya melihat anak kecil saya selalu mengingatmu. saya tahu, ikmal tidak mempunyai waktu yang cukup panjang bersama saya, apalagi cacak dan mbak eni. saya seringkali terpingkal jika mengingat komentar mu leh, "mbak nurma iku perempuan liar. sukanya jalan-jalan keluar rumah sekarang" haha..

saya juga ingat saat melempar kecoa padamu cak, saat bersih-bersih menjelang hari raya idul fitri. kamu mencak-mencak marah dan saya lari terbirit-birit keluar rumah sambil terbahak. cacak benci kecoa.

katamu cak, saya ahli buat mie instan. oleh karena itu jika teman-teman cacak lagi main dirumah, saya rajin membuatkan mie instan.

Cacak juga sering memanggil saya pecundang. Ingat? haha..

Cak, saya selalu menghilangkan barang yang kamu titipkan. Mulai dari komik yang pernah kalian sewa, Headseat, baju dan banyak hal hingga saya lupa. ceroboh, saya tahu. Cacak juga tak pernah memanggil saya ‘nurma’ tapi ‘om’. Saya juga selalu jengkel dengan sikap acuhmu. Memarahi saya seenaknya. Menjengkalkannya lagi hal semacam itu kini bikin rindu.

Saya selalu hobi membuat kalian jengkel ya? haha,

Saya ingat pada saat itu saya selalu cari perhatian, entah dengan bertingkah konyol ala shincan atau kenakalan-kenakalan yang terkadang membuat emosi kalian  meledak. Percayalah, saya hanya ingin menarik perhatian kalian.

Saya selalu terpingkal-pingkal jika mengingat cerita tentang radio yang disalah artikan dengan bom. Kalau tidak salah saat itu cacak sudah di jember ya? kegaduhan bapak sama emak. mendengarkan dongeng yang tiada habis-habisnya dari bapak. juga kegeriduhan keluarga kita dan tentu saja yang selalu telat dalam segala hal.


Seandainya saja saya mampu melipat jarak. Tentu saya tak perlu repot-repot mengirim pesan, menabung rindu.


Kamar kita kini teratur rapi, sudah mulai jarang ditempati. Sekarang, mbak eni sudah mempunyai keluarga baru. Cacak juga, bulan depan akan menikah. Saya juga, yang memilih sibuk dengan urusan yang sebenarnya tidak rumit namun dirumit-rumitkan. ah, mahasiswa.


Jangan lupa untuk pulang kerumah.


Hai mbak, hai cak, hai juga dik. Bagaimana kabar kalian? Semoga baik :)







ikmal, cacak, keluarga kecil mbak eni

Kamis, 04 September 2014

jangan dibaca

Tadi siang aku mimpi. Bermimpi tentang banyak hal. Ada yang menyenangkan tapi banyak yang tidak. Aku tidur di klinik rumah sakit. Disebelah tempat tidur temanku yang tengah sakit. Sekitar pukul 12.30 aku lelap.

Aku bermimpi tentang hantu dirumah sakit. Bermimpi tentang laki-laki yang tidak ingin kusebut namanya. Bermimpi tentang keong. Dan kemudian aku bangun. Ternyata sudah pukul 3 sore. Aku pamit pulang. Ingin mandi.

Kepala ku pusing. Entah karena tidur siang, entah karena mimpi, atau kecapekan. Mungkin, tubuh sedang butuh air, pikirku. Segera saja aku minum tiga gelas air putih. Hasilnya, tetap saja pusing. Aku mencoba untuk tidur lagi, tapi tidak bisa. Perutku mual. mungkin butuh makanan yang pedas. Aku membayangkan mie ayam. Huuu.. enak. Segera saja aku bergegas kembali ke klinik rumah sakit.

Kepala ku masih pusing, mual. Ingin rasanya aku mengikatkan tali dikepalaku. Hal semacam ini biasa kulakukan jika sakit kepala tak tertahankan. Lumayan. Karena acara beli mie ayam gagal, aku main uno.

Sekarang, kepala ku pusing pakek bingits :3


Rabu, 03 September 2014

Astro Rangers


Opel Rangers
Suka berteori, Paling keren, Penikmat dan penggila asteoroid,
Anggun, penyanyi solo keles *hueks,

Keong Rangers
Berpikiran keong, pengendali perasaan amatiran,
Belum ditemukan titik kelebihan,

Bebek Rangers
Penguji coba laki-laki, suka terjebak dalam perangkap perasaan sendiri,
Sabar dalam menghadapi para rangers yang ambigu,

Nonod Rangers
Pengelola UKM Kepo, kepo luar-dalam,
Bercita-cita menggaet hati pak guru *uops,



Alasan kenapa saya menamai asteoroid dengan penambahan angka dibelakang adalah selain untuk membedakan, juga karena orang dewasa sangat menyukai angka. Entahlah, menurut orang dewasa semua hal dapat dipercaya dengan angka. Misalnya saja, pada saat kamu membawa teman kerumah. Orang dewasa tidak pernah menanyakan hobi mu apa? Apakah menyukai  kupu-kupu dengan warna biru dengan campuran hijau toska diatasnya, atau tentang hal-hal tidak angka lainnya. Mereka sering menanyakan seperti, umur berapa? Berapa penghasilannya? Berapa nilai saham saat ini? Hahaha,
saya hanya ingin lebih menyelami orang dewasa.. 

Kata keong,

“sekarang jam berapa?” tanyamu. Kamu merapikan kartu UNO yang memiliki gambar doraemon. UNO kawe, ejekmu. Entah, akhir-akhir ini kita sering bermain kartu ini.
“jam 2 pagi” jawabku.
“ah, yuk ngopi.. “
“yuk..”  jawabku ringkih. Padahal kantuk sudah menebal di pelepuk mata. Tapi entah, kenapa aku masih mau menemani mu. aku tahu, malam ini kamu minta ditemani ngobrol. Lagi.

Malam itu, motor milikmu sudah mogok karena kehabisan bensin. Dan motorku sedang ada di kos. Haha, ngopi batal, pikirku. Tapi kamu seperti biasa, kalau sudah ingin, Pasti ngotot. Alhasil, aku menemanimu beli bensin. jarak memang tidak terlalu jauh. Tapi karena malam sudah terlalu pagi, dan jalan sudah pasti sepi. aku tidak enak hati untuk membiarkan kamu beli bensin sendiri.

Pagi itu jam setengah 3 pagi. Jalan lenggang. Dan udara amat dingin. Kurapatkan jaketku. Kamu, tidak pakai jaket. Aku bertanya, apa kamu tidak kedinginan? (Padahal kamu yang jadi sopir) Kamu malah senyam-senyum sediri. Dan berkata, “aku rangers”.
“sombong” tukasku. Aku penasaran, sebenarnya manusia macam apa kamu?

kami tiba di asteoroid 286. Sebenarnya kamu ingin pergi ke asteoroid 568. Tapi aku takut. Kamu juga. Penjaga tentu tidak membiarkan kita masuk. Terlalu malam. Juga terlalu pagi.
Disitu, Kamu mentraktir aku makan bakso dan aku mentraktir kamu minum kopi. Kemudian kita mengobrol sampai pagi. Dengan lantangnya kamu mengatakan kalau tidak mungkin ngantuk karena disini terlalu ramai. Tentu saja, wong lokasinya dekat pasar. tapi, setengah jam kemudian kamu mengeluh minta pulang. Ngantuk.

Dasar.

Pukul 5 kita sampai kos. Kamu tidak sempat cuci muka, cuci kaki. dan langsung terkapar melihat bantal.
Ckck,
***

Keong, terimakasih telah menemani aku minum kopi tengah malam, tengah pagi, tengah siang, tengah jenuh, tengah senang, tengah tewas karena urusan rumit yang sebenarnya tidak rumit, tapi dirumit-rumitkan.

Selasa, 03 Juni 2014

Resensi Buku Pinjaman


Buku ini ada begitu saja didalam tas saya. Membuat saya heran. Aneh, sejak kapan saya meminjamnya? Catatan didalam nya tertulis jogja, 11 Juli 2008. Berarti waktu itu Saya masih kelas dua SMP. tentu saja, saya masih belum mengenal pemilik buku ini :p. walaupun begitu buku ini terkesan terawat dengan baik. Tapi saat buku ini ada di saya, sepertinya menjadi tidak begitu terawat lagi. Saya memang bukan peminjam yang baik. Maaf.

Waktu itu saya memang menginginkannya. Sewaktu acara travel writting bareng mas ayos. Saya sudah kepincut mendengar cerita-cerita feature yang ditulis shindunata ini. Saya tahu buku ini dari mas ayos. Buku yang tiba-tiba ada di tas saya ini berjudul Dari Pulau Buru ke Venezia. Dari situlah saya ingin belajar tulisan feature secara  mendalam. Shindunata membungkus cerita perjalanannya dengan apik, menggambarkan permukaan yang sederhana menjadi istimewa. Tulisan-tulisan didalamnya menceritakan pengalaman shindunata dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tidak dibuat-buat. Lugu dan menyentuh. Shindunata seolah ingin mengatakan bahwa jurnalitistik tidak melulu berisi berita-berita tentang isu masa kini.  Berita yang sedang dibicarakan masyarakat luas. Tetapi seolah melihat realita dari sisi yang lain. Menceritakan kejadian-kejadian yang terkadang lengah dari penglihatan kita.

Buku ini terbagi menjadi enam bab. Mulai dari cerita dari pulau Buru, Pesta kematian di tanah toraja, tiga segi kehidupan di Bali, Sepuluh hari di RSJ Lali Jiwa, Menengok Negeri Jelapang Padi hingga Laporan dari Italia.

Pada bab pertama, menceritakan pengalaman Shindunata selama empat hari di pulau Buru. Menggambarkan kondisi dari pulau Buru pada masa itu.  Melihat sumber naskahnya tulisan ini dimuat pada tanggal 4 sampai 7 Januari 1978. Pada masa itu kita tahu, banyak orang dihinggapi kesan Inrehab Buru amat tertutup. Meskipun tanpa penggambaran secara visual atau foto, saya bisa membayangkan bagaimana kondisi Inrehab Buru. Shindunata menggambarkan nya secara jelas. Cerita kedua berkisah tentang keseharian para tahanan Inrehab Buru dan bagaimana mengatasi kerinduan para tahanan terhadap kampung halaman. Kisah selanjutnya menceritakan tentang pembangunan hotel Krusek oleh para petugas Inrehab Buru. Mereka bekerja siang dan malam seperti pada kisah Bandung-Bondowoso karena pembagunan hotel tersebut hanya membutuhkan waktu sehari-semalam. Sedangkan dua kisah terakhir lebih menceritakan saat-saat sepi jauh dari sanak keluarga, interaksi para tahanan politik dengan penduduk pulau Buru dan kisah romantik yang ada didalamnya. Dari sini saya mengerti, bahwa para tahanan pulau Buru tidak semuanya berlaku jahat. Bahkan beberapa tahanan membuat saya tersentuh. Mbah mitro misalnya yang buta aksara beliau tidak tahu apa kesalahan yang diperbuatnya hingga Ia dimasukkan kedalam hutan yang gelap gulita. Harapannya hanya satu, beliau ingin kembali ke Jawa melepas rindu kepada anak-istri nya.   

Bab kedua tentang Pesta Kematian di Tanah Toraja. Shindunata menceritakan perjalanan nya saat mengikuti proses pesta kematian di Tanah Toraja yang menurut saya sangat Khas dan tentunya, kejam. Upacara kematian di Toraja memang pemborosan yang berlebihan. Cerita pertama menggambarkan bentuk upacara kematian di Tanah Toraja. Cerita kedua dan ketiga, bercerita tentang perbedaan upacara Nek atta seorang bangsawan kaya raya di Toraja dengan upacara kematian Lai Kanan yang lebih terkesan sederhana. Kisah terakhirnya tentang upacara kematian toraja yang berlebihan. Pemborosan uang dan waktu.

Bab tiga adalah laporan shindunata di pulau Bali. Mulai dari berjudi sabung ayam, ditawari narkoba hingga dikira Mucikari seks komersial. Sepuluh hari bersama para penderita sakit jiwa di RSJ Lali Jiwa, Pakem, Sleman, DIY, dituangkan dalam Bab Empat. Pengalaman unik, lucu dan tragis bahkan ketakutan Shindunata ketika berhadapan dengan para pasien yang masih sering mengamuk dipaparkan dengan menarik. Cerita yang mengharukan datang dari sunarno. Sunarno mulanya adalah pemuda yang sopan dan penurut. Namun, itu berubah saat sunarno dituduh menyelewengkan dana pembangunan tugu di desanya. Pemuda malang ini menjadi korban dari kejujurannya sendiri. Sedangkan dua bab yang terakhir adalah kisah perjalan di Kedah, Malaysia (Bab 5) dan laporan  dari Italia (Bab 6).

Dua cerita shindunata yang membuat saya tersentuh ada pada Bab pertama dan keempat. Entah saya yang berlebihan atau tulisan Shindunata yang menyentuh. Kedua Bab tersebut sukses membuat mata saya sembab. Hei, terima kasih telah meminjamkan saya buku ini J

Senin, 02 Juni 2014

Asteoroid 568

Biasanya saya menghabisakan malam di Asteoroid 478. Tapi malam itu lain. Saya berada jauh. Malam itu hanya kami bertiga. Si beruang dan gigi kelinci. Ditemani satu bungkus martabak, terang bulan dan dua botol air mineral ukuran sedang. Seharusnya malam itu kami lebih banyak mengobrol. Mengobrol tentang apa saja. Tapi kenyataanya kami lebih banyak berebut makanan. Bodoh!

 Tempat ini tinggi, Beraspal, Tak ada atap, Berbentuk persegi panjang terbuka dan dingin jika malam. Dari sini saya bisa melihat bulan, bintang, langit malam, dan kota jember lebih jelas. Lebih jelas daripada melihat dari bawah. Tempat ini bisa dinikmati hanya sampai pada pukul 21.00. selebihnya, bakal banyak manusia yang lalu-lalang. Piknik bakal tidak menyenangkan lagi.

Akhir-akhir ini saya memikirkan tempat itu. Melihat langit merah jingga disamping kanan dan gelap disamping kiri saya. Meski terkadang momen macam ini membuat hati nyilu. Seperti ada kupu-kupu jahat yang masuk ke perut. Mengobok-obok hati, empedu dan lambung saya. Saya rindu tempat itu. Amat rindu.

Hei, kamu! Nanti saya akan ajak kamu kesana. Hanya berdua. Dari sore sampai malam pukul sembilan. Saat itu, kamu yang harus banyak bicara. Saya bakal diam. Terserah kamu mau ngobrol apa. Saya akan menyimak. Mendengar suaramu dan menikmati kota ini denganmu. Itu pun jika kamu mau.

Di Asteoroid 568. Kamu dimana?



Jumat, 30 Mei 2014

Kuno!

Tulisan ini adalah posting pertama saya. Dibantu oleh gozila dan colonel olahraga, akhirnya blog ini bisa dibuka. Kuno ya? Gak  masalah. Setidaknya opel-opel saya yang tercecer akhirnya punya tempat berpulang.
Tulisan saya biasanya  hanya bisa dinikmati oleh beberapa orang saja. Saya hanya menulisnya dibuku harian. atau bisa disimak di asteoroid 478.
Memangnya siapa yang mau baca tulisan saya? –“

Hmm..