Selasa, 16 Desember 2014

Hujan menye-menye

Ada hujan. Halilintar. Awan gelap. Ruangan sekretku muram. Tak ada orang, hanya aku seorang diri dipojok ruang. Suasana semacam ini yang selalu kucari. Tapi waktunya tak pas. Tak ada selimut. Tak ada bantal dan guling. Tak ada cahaya remang-remang lampu kamar.

Aku tak suka hujan menye-menye. Apalagi yang gerimis. Hujan kok gak niat. Aku lebih suka hujan deras. Ada halilintar. Serta awan gelap. Semuanya basah. Sama rata. Gak setengah-setengah. Lihat lubang-lubang dijalan semuanya meluap. Air dimana-mana. Haha,

Hujan macam ini biasanya gak bertahan lama. Seketika datang. Kemudian selesai. Berharga bukan? Makanya ada ritual khusus untuk menikmati. Gak sembarangan. Harus ada selimut, bantal, guling, pop mie, sama telur mata sapi. Ini yang namanya surga. Apalagi ditambah film bagus yang menemani. Wih, bad day is over!

Woi, kamu dimana? Tadi sore hujan. Aku mencarimu kemana-mana. Dibawah meja, bawah kursi, dibalik lemari. Tapi tak menemukanmu. Padahal aku sudah menyiapkan dua cup pop mie rasa baso, dua telor mata sapi, dua bantal, dua guling, dan satu selimut. Kamu, masih belum tertarikkah?