Sore kemarin saya menghabiskan waktu. Jalan-jalan naik sepeda. Berkeliling mulai dari jalan kalimantan, jalan kartini, dan gajah mada. Diseberang jalan yang saya lalui saya bertemu bapak penjual es campur. Sepi, tak ada pelanggan. Oke, saya berpikir lebih baik saya minum es campur disitu saja. Setelah memesan, kami sempat mengobrol. Entah mengapa, mengobrol dengan bapak tersebut membuat saya rindu keluarga. Lebih tepatnya kalian.
Saat pulang saya mengingat banyak hal. seperti baru kemarin, saya tidur sekamar dengan mu mbak. kamu yang selalu marah karena sekamar dengan saya. sekarang tentu saja dua dipan tempat tidur kita sudah jadi satu kamar besar. sekarang kita sudah jarang berbagi kamar berdua. sudah ada zoe dan suamimu yang menggantikan. terkadang saya sedih karena posisi saya sudah terganti. haha..
Mbak, saya rindu ocehanmu sepulang kerja. Entah mengapa hal sederhana itu dapat mengikis kegundahan saya. menyaksikan celoteh konyolmu dengan suamimu. serta, mendengarkan zoe yang sekarang mungkin lebih cerewet dan tentu saja judes. haha, senangnya berkeluarga.
Tenanglah, nasihatmu selalu saya dengarkan, meskipun terkadang saya memang bertingkah tidak peduli.
bagaiman kabarmu mal? seperti baru kemarin saja saya menggendong ikmal yang masih bayi. menggendongmu kemanapun saya pergi saat bapak dan emak tak ada dirumah. menyuapi, menemanimu mandi. sekarang, kamu sudah kelas 4 SD, sudah merasa malu jika disuapin apalagi ditemani mandi. tingkah polamu yang nakal baru terasa lucu jika saya sudah berjarak denganmu, mal.
anehnya, jika saya melihat anak kecil saya selalu mengingatmu. saya tahu, ikmal tidak mempunyai waktu yang cukup panjang bersama saya, apalagi cacak dan mbak eni. saya seringkali terpingkal jika mengingat komentar mu leh, "mbak nurma iku perempuan liar. sukanya jalan-jalan keluar rumah sekarang" haha..
saya juga ingat saat melempar kecoa padamu cak, saat bersih-bersih menjelang hari raya idul fitri. kamu mencak-mencak marah dan saya lari terbirit-birit keluar rumah sambil terbahak. cacak benci kecoa.
katamu cak, saya ahli buat mie instan. oleh karena itu jika teman-teman cacak lagi main dirumah, saya rajin membuatkan mie instan.
Cacak juga sering memanggil saya pecundang. Ingat? haha..
Cak, saya selalu menghilangkan barang yang kamu titipkan. Mulai dari komik yang pernah kalian sewa, Headseat, baju dan banyak hal hingga saya lupa. ceroboh, saya tahu. Cacak juga tak pernah memanggil saya ‘nurma’ tapi ‘om’. Saya juga selalu jengkel dengan sikap acuhmu. Memarahi saya seenaknya. Menjengkalkannya lagi hal semacam itu kini bikin rindu.
Saya selalu hobi membuat kalian jengkel ya? haha,
Saya ingat pada saat itu saya selalu cari perhatian, entah dengan bertingkah konyol ala shincan atau kenakalan-kenakalan yang terkadang membuat emosi kalian meledak. Percayalah, saya hanya ingin menarik perhatian kalian.
Saya selalu terpingkal-pingkal jika mengingat cerita tentang radio yang disalah artikan dengan bom. Kalau tidak salah saat itu cacak sudah di jember ya? kegaduhan bapak sama emak. mendengarkan dongeng yang tiada habis-habisnya dari bapak. juga kegeriduhan keluarga kita dan tentu saja yang selalu telat dalam segala hal.
Seandainya saja saya mampu melipat jarak. Tentu saya tak perlu repot-repot mengirim pesan, menabung rindu.
Kamar kita kini teratur rapi, sudah mulai jarang ditempati. Sekarang, mbak eni sudah mempunyai keluarga baru. Cacak juga, bulan depan akan menikah. Saya juga, yang memilih sibuk dengan urusan yang sebenarnya tidak rumit namun dirumit-rumitkan. ah, mahasiswa.
Jangan lupa untuk pulang kerumah.
Hai mbak, hai cak, hai juga dik. Bagaimana kabar kalian? Semoga baik :)
ikmal, cacak, keluarga kecil mbak eni